Ilustrasi Siklon Tropis. Kredit: ANTARA Foto
arsipsumut.com
Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memantau dua bibit siklon di sekitar wilayah Indonesia, yaitu bibit siklon tropis 94S di Samudra Hindia barat daya Lampung dan bibit siklon tropis 90B di Samudra Hindia barat Aceh.
Bibit siklon tropis 94S memiliki kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan udara minimum 1.005 mb, serta bergerak ke arah barat daya menjauhi wilayah Indonesia. Potensi bibit ini untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan gelombang tinggi di sekitar wilayah bibit siklon tropis.
Sementara bibit siklon tropis 90B memiliki kecepatan angin maksimum 20 knot dan tekanan udara minimum 1.006 mb, dengan arah gerak ke barat. Potensi bibit ini untuk tumbuh menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan berada dalam kategori rendah.
Meskipun demikian, sistem ini terpantau membentuk daerah konvergensi memanjang di Aceh bagian utara. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan dan gelombang tinggi di sekitar wilayah bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut. Dampak tidak langsung terhadap cuaca di Indonesia, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang di Aceh.
Pusat tekanan rendah terpantau di utara Kalimantan membentuk peningkatan kecepatan angin permukaan (low level jet) hingga mencapai >25 knot di Laut Sulu dan sirkulasi siklonik terpantau di perairan timur laut Maluku Utara, Kalimantan Barat bagian utara dan Teluk Carpentaria yang membentuk daerah konvergensi memanjang di Papua Barat bagian utara dan di Laut Banda.
Daerah konvergensi lain juga terpantau memanjang di Riau, perairan barat Sumatra Barat, dari Jawa Barat hingga Jawa Tengah, NTT, dan Papua serta daerah pertemuan angin (konfluensi) di Jawa bagian utara dan barat. Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut.
Hujan berpetir pada hari Minggu, 29 Januari 2023, diperkirakan terjadi di Jambi, Tanjung Pinang, Bandar Lampung, Ambon, Kupang dan Palembang. Hujan intensitas sedang diperkirakan terjadi di Serang, Banjarmasin, Samarinda, Pangkal Pinang, dan Mamuju.
Hujan intensitas ringan diperkirakan terjadi di Banda Aceh, Denpasar, Bengkulu, Yogyakarta, Jakarta Pusat, Gorontalo, Bandung, Semarang, Surabaya, Pontianak, Palangkaraya, Ternate, Mataram, Jayapura, Manokwari, Makassar, Kendari, Manado dan Medan.
Suhu udara berkisar 20-33 derajat Celcius dengan suhu terendah di Bandung. Suhu tertinggi di Gorontalo dan Pontianak.
Prakiraan berbasis dampak hujan lebat dengan status siaga di Aceh, Bengkulu, Kepulauan Riau, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta.
Banjir pesisir masih terjadi di beberapa wilayah pesisir Kepulauan Riau, yaitu di pesisir Karimun pada tanggal 17–29 Januari 2023 dan pesisir Batu Ampar pada tanggal 19–29 Januari 2023.
Gelombang Ekstrem
BMKG juga mengeluarkan peringatan dini gelombang tinggi yang berpotensi di beberapa wilayah perairan pada 29-30 Januari 2023.
Pola angin di wilayah Indonesia bagian utara dominan bergerak dari barat laut ke timur laut dengan kecepatan angin berkisar 5-35 knot. Sedangkan di wilayah Indonesia bagian selatan dominan bergerak dari barat daya ke barat laut dengan kecepatan angin berkisar 5-25 knot. Kecepatan angin tertinggi terpantau di Laut Natuna Utara, perairan Kepulauan Anambas-Kepulauan Natuna dan Laut Natuna.
Kondisi ini menyebabkan peluang peningkatan gelombang setinggi 1.25-2.5 meter di perairan barat Aceh-Kepulauan Mentawai, Samudra Hindia Barat Aceh-Kepulauan Nias, perairan selatan Jawa-Pulau Sumba, Selat Bali-Lombok-Alas bagian selatan, Laut Jawa, perairan utara Kepulauan Talaud, Laut Maluku bagian utara, perairan utara dan barat Halmahera, Laut Halmahera, perairan utara Papua Barat-Papua, Samudra Pasifik utara Papua Barat-Papua.
Gelombang di kisaran sangat tinggi 4-6 meter berpeluang terjadi di perairan Kepulauan Anambas, perairan selatan Kepulauan Natuna dan Laut Natuna.
Gelombang ekstrem di kisaran lebih dari 6-9 meter berpeluang terjadi di Laut Natuna Utara dan perairan utara Kepulauan Natuna.