Ilustrasi. Perusahaan minyak AS Exxon jauh-jauh hari sudah meramalkan pemanasan global seperti saat ini. (AFP/KAREN BLEIER)
arsipsumut.com
Perusahaan minyak asal Amerika Serikat ExxonMobil terungkap sudah mengetahui soal perubahan iklim. Namun, perusahaan tak ambil pusing dengan dampak dari penggunaan energi fosil.
Pada 2015, jurnalis investigasi dari Los Angeles Times dan The Guardian membuat penemuan yang terbilang mengejutkan.
Perusahaan ternyata telah mencatat angka perubahan iklim pada 1977. Namun dokumen internal itu dirahasiakan oleh perusahaan selama hampir lima dekade.
Jurnalis dari kedua kantor berita itu menemukan puluhan dokumen internal dari ilmuwan Exxon dan ExxonMobil yang dengan jelas merinci bagaimana produk bahan bakar fosil berkontribusi terhadap krisis iklim global.
Dikutip dari The Verge, catatan tersebut menyebutkan bahwa bahan bakar fosil dapat menimbulkan dampak lingkungan yang dramatis sebelum tahun 2050.
"Temuan kami menunjukkan ExxonMobil tidak hanya mengetahui 'sesuatu' tentang pemanasan global puluhan tahun yang lalu - mereka mengetahui sebanyak yang diketahui oleh akademisi dan ilmuwan pemerintah," tulis para peneliti dari Harvard University yang mengkaji temuan ExxonMobil, dalam studi berjudul 'Assessing ExxonMobil's global warming projections' di jurnal Science.
"Temuan ini menguatkan dan menambahkan presisi kuantitatif pada pernyataan para sarjana, jurnalis, pengacara, politisi, dan lainnya bahwa ExxonMobil secara akurat meramalkan ancaman pemanasan global yang disebabkan oleh manusia, baik sebelum dan bersamaan dengan mengatur lobi dan kampanye propaganda untuk menunda aksi iklim," sambung mereka.
Analisis tersebut didasarkan pada 32 dokumen internal yang dibuat oleh para ilmuwan di Exxon dan ExxonMobil antara tahun 1977 dan 2002.
Data ini kemudian dibandingkan dengan 72 makalah ilmiah independen yang ditinjau oleh ilmuwan Exxon dan ExxonMobil yang dirilis antara tahun 1982 dan 2013.
Rata-rata, tingkat pemanasan yang diproyeksikan ExxonMobil adalah sekitar 0,20°C per dekade. Itu kira-kira perkiraan yang sama yang diajukan oleh ilmuwan independen dan pemerintah dalam model mereka sendiri.
Mengingat tingkat emisi karbon yang dihasilkan manusia, para ilmuwan ExxonMobil juga memperkirakan dampak krisis iklim pertama kali akan terlihat pada pergantian abad.
Bahkan menurut peneliti Harvard, dibandingkan dengan model iklim yang dipresentasikan oleh para ilmuwan NASA kepada Kongres AS pada 1988, prediksi perusahaan bahkan dirancang dengan lebih rinci.
Sejak laporan ini pertama kali bocor, para peneliti menyimpulkan bahwa catatan ini menunjukkan kemunafikan kampanye ExxonMobil selama puluhan tahun yang menolak sains tentang perubahan iklim.
Pada akhirnya, para penulis menemukan 63 hingga 93 persen dari proyeksi tersembunyi perusahaan yang dihasilkan antara tahun 1977 dan 2003 itu adalah benar.
Selama hampir lima dekade, para pejabat di ExxonMobil mencoba menyebarkan keraguan dengan berargumen model iklim didasarkan pada terlalu banyak ketidakpastian yang tidak dapat diandalkan.
Misalnya, pada 1999 CEO Exxon mengklaim pemodelan iklim sering didasarkan pada "spekulasi belaka", menurut laporan ScienceAlert.
Namun ternyata, ketidakpastian dalam penelitian internal ExxonMobil sendiri sama dengan yang ditemukan ilmuwan iklim independen.
"[Temuan] ini bak paku di peti mati klaim ExxonMobil yang secara salah dituding sebagai penyimpangan iklim," kata sejarawan sains dan penulis utama studi Geoffrey Supran, yang sekarang berada di University of Miami.
Geoffrey menilai pejabat di Exxon tahu dampak dari penggunaan energi fosil. Namun mereka tampak tidak peduli dengan risiko itu.
"Analisis kami menunjukkan bahwa data ExxonMobil sendiri bertentangan dengan pernyataan publiknya, termasuk melebih-lebihkan ketidakpastian, mengkritik model iklim, membuat mitos pendinginan global, dan berpura-pura tidak tahu kapan, atau apakah, pemanasan global yang disebabkan oleh manusia dapat diukur, semuanya tetap diam akibat ancaman terlantarnya bahan bakar fosil," kata dia.