Saudi-AS Renggang, Putra Mahkota MbS Disebut Getol Olok-olok Biden

Saudi-AS Renggang, Putra Mahkota MbS Disebut Getol Olok-olok Biden
Pangeran Saudi Mohammed bin Salman (MbS) disebut kerap mengejek Presiden AS Joe Biden di tengah relasi Washington-Riyadh yang sedang merenggang. (Foto: Bandar Algaloud via Reuters)

arsipsumut.com

Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MbS) dilaporkan kerap mengejek Presiden Amerika Serikat Joe Biden diam-diam. Tuduhan ini muncul kala relasi Washington-Riyadh tengah merenggang akibat minyak.

Mengutip sumber internal pemerintah Saudi, The Wall Street Journal (WSJ) melaporkan MbS kerap mengejek Biden dan menjadikan presiden AS itu sebagai lelucon. MbS bahkan dilaporkan kerap mempertanyakan kesehatan mental Biden.

MbS, yang merupakan pemimpin de facto Saudi, juga disebut kerap blak-blakan memberitahu para penasihatnya bahwa dia lebih senang dengan eks Presiden Donald Trump ketimbang Biden.

Saudi membantah laporan WSJ tersebut.

"Pemimpin Kerajaan Saudi selalu menghormati para Presiden AS. Kami pernyataa pentingnya mendasari hubungan antarnegara dengan rasa saling menghormati," kata Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan.

"Tuduhan-tuduhan ini sepenuhnya tidak benar," paparnya lagi seperti dikutip WSJ pada Rabu (26/10).

Tak terima dengan laporan itu, juru bicara Gedung Putih, Karine Jean-Pierre, menggambarkan tuduhan itu sebagai "konyol".

"Presiden sudah sangat jelas sejak awal pemerintahan bahwa AS perlu meninjau kembali hubungannya dengan Arab Saudi," kata Jean-Pierre.

"Keputusan yang dibuat OPEC+ baru-baru ini, kami melihatnya sangat memihak dengan Rusia. Dan itu akan merugikan banyak, banyak ekonomi di seluruh dunia," ucapnya lagi.

Laporan ini muncul ketika Saudi dan AS, dua negara bersekutu sejak puluhan tahun silam, tengah merenggang setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+) memutuskan mengurangi produksi minyak.

OPEC+ merupakan organisasi yang dipimpin oleh Arab Saudi dan Rusia. Mereka beberapa waktu lalu memutuskan pengurangan produksi minyak hingga dua juta barel per hari untuk menstabilkan pasar energi global.

Sebagaimana dilansir Deutsche Welle, keputusan itu mengecewakan bagi Amerika Serikat.

Presiden Joe Biden mengancam bakal ada "konsekuensi" atas keputusan OPEC+ tersebut terhadap hubungan AS dan Saudi.

Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Perre juga mengatakan "jelas bahwa OPEC+ bersekutu dengan Rusia."
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال