Ilustrasi. Gelar penerbang tercepat di dunia hewan bukan milik elang.
(Foto: CNN Indonesia/Safir Makki)
arsipsumut.com
Cheetah merupakan hewan tercepat di daratan. Namun, hewan mana yang paling cepat di udara?
Melansir Live Science, predikat hewan tercepat di udara bisa diberkan kepada elang peregrine (Falco peregrinus) atau kelelawar tanpa ekor dari Barsil (Tadarida brasiliensis).
Nama peregrine itu diambil dari kata bahasa Latin 'peregrinus' yang berarti penjelajah.
Elang peregrine memang hewan yang penjelajah lantaran bermigrasi hingga 25 ribu km di utara benua Amerika. Namun elang peregrine sejatinya bisa ditemukan di hampir semua benua kecuali Antartika.
Elang peregrine kabarnya bisa mencapai kecepatan 389 km/jam saat menukik. Rekor itu dibuat lewat sejumlah percobaan pada 1999.
Adalah Ken Franklin, pemilik elang peregrine betina bernama 'Frightful' yang melakukan percobaan itu di pelabuhan Friday, Washington. Ia melepaskan Firghtful dari pesawat yang sedang terbang di ketinggian 5.182 meter di atas permukaan laut.
Frightful kala itu masih berusia enam tahun. Untuk mengukur kecepatannya, Franklin menyematkan chip seberat 113 gram di bagian ekor Frightful.
Ia lalu mengukur seberapa jauh Frightful menukik dalam jangka waktu tertentu. Franklin dan seorang kameramen juga memakai altimeter (alat pengukur ketinggian) ketika mereka sky diving dengan Frightful.
Data dari perangkat itu kemudian dibandingkan setelah diving. Dari sanalah diketahui, kecepatan yang telah dicapai Frightful saat percobaan itu.
Lantas, apa yang membuat elang peregrine bisa secepat itu?
Elang peregrine memiliki sayap yang mereplikasi sayap jet tempur. Bentuk itu mengurangi gesekan yang mereka alami di udara.
Hal itu membantu elang peregrine terbang dengan cepat. selain itu, elang peregrine juga mempunyai otot, bentuk tubuh seperti butiran air mata, yang membantunya lurus untuk untuk mengurangi gesekan dan membantunya menukik seperti peluru.
Selain itu, bulu-bulu elang peregrine juga sangat sangat padat dan strukturnya kaku jika dibandingkan dengan elang lainnya. Lubang hidung elang peregrine juga pnya sistem seperti kenop di dalamnya, yang berfungsi sebagai pengatur aliran cairan.
Kenop itu bekerja dengan cara "mengurangi aliran udar ke dalam kantong udara mereka". Hal itu membantu elang peregrine bisa bernafas saat menukik dengan kecepatan tinggi.
Saat terbang, elang peregrine ternyata masih kalah cepat daripada kelelawar tanpa ekor dari Brasil. Kelelawar jenis itu bisa terbang hingga kecepatan 160 km/jam menurut sebuah studi yang dipublikasikan di Royal Society Open.
Para ahli memuat temuannya itu dalam studi berjudul Ariplane Tracking Documents the Fastest Flight Speed Recorded for Bats. Dalam percobaannya, para ahli melacak total tujuh kelelawar dengan satu kelelawar per malamnya.
Para ahli hanya melacak kelelawar itu saat hewan tersebut aktif terbang dan berhenti ketika sudah masuk gua. Para kelelawar percobaan ini hanya bisa dilacak selama 6,5 jam karena keterbatasan bahan bakar.
Dari hasil ujicobanya, para ahli itu menemukan kelelawar asal Brasil itu bisa terbang dengan rata-rata kecepatan hingga 160 km/jam, jauh unggul dari elang peregrine yang rata-rata terbang di angka 35 km/jam.