Ilustrasi satelit Advanced Space-based Solar Observatory yang mengorbit Bumi milik Cina. (Image credit: CAS)
arsipsumut.com
Cina telah meluncurkan sebuah satelit Advanced Space-based Solar Observatory (ASO-S), yang dijuluki Kuafu-1, untuk mempelajari matahari dan meningkatkan prediksi cuaca di luar angkasa. Satelit meluncur menumpang roket Long March 2D dari Pusat Peluncuran Satelit Jiuquan di Mongolia Dalam pada Minggu pagi waktu Beijing, 9 Oktober 2022.
Menurut Kantor Berita Xinhua, pesawat ruang angkasa ASO-S telah berhasil diarahkan ke orbit targetnya, yakni jalur sinkron matahari sekitar 720 kilometer jauhnya dari Bumi.
Misi ASO-S diusulkan oleh komunitas heliofisika di Akademi Ilmu Pengetahuan Cina pada 2011. Satelit seberat 888 kilogram itu akan menggunakan tiga instrumen untuk mempelajari medan magnet matahari, solar flare, dan coronal mass ejection (CME) atau semburan besar plasma superpanas yang meluncur menjauh dari matahari dengan kecepatan jutaan mil per jam.
Solar flare sering dikaitkan dengan CME, dan keduanya dapat mempengaruhi penduduk di Bumi. CME yang kuat, misalnya, dapat menghasilkan badai geomagnetik yang dapat mengganggu jaringan listrik, komunikasi radio, dan navigasi GPS. “ASO-S bertujuan untuk pengamatan simultan dari suar dan CME untuk memahami koneksi dan mekanisme pembentukannya," tertulis dalam deskripsi misi.
Pesawat ruang angkasa juga akan mempelajari cara energi diangkut melalui berbagai lapisan atmosfer matahari, serta bagaimana evolusi solar flare dan CME dipengaruhi oleh medan magnet matahari.
ASO-S dirancang untuk beroperasi setidaknya selama empat tahun dan menghasilkan sekitar 500 gigabyte data setiap hari. Pada penjelasan misi satelit dicantumkan tujuan ASO-S sebagai sarana pengamatan letusan matahari dan evolusi medan magnet untuk memfasilitasi prakiraan cuaca ruang angkasa dan untuk melindungi aset berharga di ruang angkasa.