Tindak Represif Iran Tak Bisa Hentikan Demo Kematian Mahsa Amini

Tindak Represif Iran Tak Bisa Hentikan Demo Kematian Mahsa Amini
Polisi tiba untuk membubarkan demonstran selama protes atas kematian Mahsa Amini, seorang wanita yang meninggal setelah ditangkap oleh "polisi moral" republik Islam, di Teheran, Iran, 19 September 2022. Kematian Amini memicu kemarahan besar dalam populasi dan protes terburuk di Iran sejak 2019. WANA (Kantor Berita Asia Barat) via REUTERS

arsipsumut.com

Iran menangkap putri seorang mantan presiden dengan tuduhan menghasut para perusuh di ibu kota Teheran pada Selasa malam, 27 September 2022. Dalam laporan berita semi-resmi Tasnim, tidak disebutkan apa peran Faezeh Hashemi, putri eks Presiden Iran Ali Akbar Hashemi Rafsanjani, dalam kerusuhan itu. 

Namun Faezeh Hashemi ditangkap oleh agen keamanan karena dituduh menghasut kerusuhan di Teheran timur. Disebutkan pula bahwa provokasi Hashemi telah gagal membawa orang ke jalan.

Usai kematian aktivis Mahsa Amini, 22 tahun, Iran diguncang demonstrasi yang berujung rusuh sejak 16 September 2022. Mereka mengutuk kematian Mahsa Amini di dalam tahanan, setelah ditangkap oleh polisi moral karena pakaiannya disebut tidak pantas. 

Dalam beberapa hari terakhir, protes telah berubah menjadi kekerasan, menewaskan sedikitnya 41 orang, termasuk warga sipil dan petugas polisi. Ratusan orang juga telah ditangkap, termasuk para aktivis.

Hashemi, seorang aktivis hak-hak perempuan terkemuka berusia 59 tahun, memiliki sejarah bentrok dengan badan-badan keamanan Iran atas dugaan kegiatan anti-pemerintah.

Pada bulan Juli tahun ini, dia didakwa dengan aktivitas propaganda melawan Republik Islam atas komentarnya dalam sebuah wawancara tentang penghapusan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) dari daftar organisasi teroris asing Departemen Luar Negeri AS.

Dia juga dilaporkan mengatakan bahwa Nabi Muhammad menghabiskan uang dari istrinya yang pengusaha yaitu Khadijah, yang menurut otoritas kehakiman sama dengan "penistaan agama." Namun, tidak jelas apakah dia ditahan setelah dakwaan.

Pada September 2012, Hashemi menghabiskan enam bulan di penjara Teheran atas tuduhan "kegiatan propaganda" setelah dia dilaporkan menyebut pengadilan Iran sebagai "preman dan penjahat yang menargetkan orang" dalam sebuah wawancara.

Sebelum itu, dia ditangkap beberapa kali selama kerusuhan tahun 2009, yang dipicu oleh sengketa pemilihan Presiden Mahmoud Ahmadinejad. Ayahnya menjabat sebagai presiden negara itu antara tahun 1989 dan 1997. Seorang reformis, ia juga memegang banyak posisi penting lainnya selama karir politiknya yang penting sebelum meninggal pada tahun 2017.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال