Jokowi Ingin Tingkatkan Produksi Sorgum, Airlangga: Realisasi Luas Tanam Sudah 4.355 Hektare

Jokowi Ingin Tingkatkan Produksi Sorgum, Airlangga: Realisasi Luas Tanam Sudah 4.355 Hektare
Sorgum. shutterstock.com

arsipsumut.com

Merespons permintaan Presiden Joko Widodo atau Jokowi untuk meningkatkan produksi sorgum, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa hingga bulan Juni 2022 realisasi luas tanam sorgum sudah mencapai 4.355 hektare dan tersebar di enam provinsi.

Luas tanam sorgum tersebut memiliki perkiraan produksi sebesar 15.243 ton atau dengan produktivitas 3,63 ton per hektare. Luasan tersebut akan dipersiapkan oleh Kementerian Pertanian dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

“Bapak Presiden Joko Widodo meminta agar dibuatkan roadmap sampai 2024. Presiden juga meminta Kabupaten Waingapu di Provinsi Nusa Tenggara Timur diprioritaskan,” kata Airlangga melalui keterangan resmi pada Kamis, 4 Agustus 2022. 

Ia berujar pemerintah saat ini memang tengah meningkatkan produksi dan hilirisasi tanaman sorgum. Hal itu guna mengembangkan tanaman pengganti gandum untuk menjaga ketahanan pangan nasional. 

Airlangga merinci roadmap pengembangan sorgum hingga 2024, sasaran luas tanam pada tahun 2023 seluas 30.000 hektare. Target sebarannya di 17 provinsi dengan produksi sebesar 115.848 ton, asumsi provitas 4 ton per hektare. Sementara itu, sasaran luas tanam pada tahun 2024 seluas 40.000 hektare yang tersebar di 17 provinsi dengan produksi sebesar 154.464 ton asumsi provitas 4 ton per hektare.

Menurutnya, produkai sorgum relatif masih terbatas. Oleh karena itu, kata dia, pilot project tersebut harus diintegrasikan juga dengan peternakan sapi dan batang pohon sorgum yang juga bisa dijadikan sebagai bioetanol.

Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa Presiden Jokowi juga meminta kepada Kementerian Pertanian untuk menyiapkan alsintan dan menyiapkan ternak sehingga ekosistem sorgum dapat terbentuk di Kabupaten Waingapu. Adapun Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian akan mempersiapkan roadmap dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) beserta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyiapkan pengembangan bioetanol.

“Tentu kita harus mendorong kapasitas luasan lahan yang diperluas, kontinuitas produk, dan juga mendapatkan offtaker," ujarnya.

Salah satu offtaker yang tengah ia pertimbangkan adalah industri pakan ternak dimana industri bahan bakunya 50 persen jagung dan 50 persen protein lain. 

Terkait dengan offtaker, kata Airlangga, sudah ada delapan industri kecil dan menengah yang selama ini menjadi tradisional market dari sorgum. Kedepannya akan dibangun sesuai dengan jumlah lahan yang diperluas.

Ia pun berharap Badan Riset dan Inovasi Nasional dapat terus mengembangkan varietas sorgum. Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat juga ditugaskan untuk mempersiapkan kebutuhan air dalam bentuk irigasi ataupun embung di wilayah klaster pertama yang dicoba yakni di Provinsi Nusa Tenggara Timur.

“Dalam klaster pertama tersebut diharapkan dalam 100 hari bisa dievaluasi karena tanaman ini adalah tanaman yang sifatnya 3 bulanan,” kata Airlangga.

Pada kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menjelaskan terkait kondisi terkini perekonomian nasional, dimana Pemerintah tetap optimis pertumbuhan ekonomi di Q2 di atas 5 persen. Terkait dengan inflasi, Tim Pengendali Inflasi Pusat dan Daerah juga telah diintruksikan untuk menjaga dan memonitor komoditas-komoditas, termasuk komoditas pangan.

Di tengah pelarangan ekspor gandum oleh sembilan negara hingga akhir Desember 2022, pemerintah juga memutuskan untuk mengembangkan tanaman pengganti gandum seperti sagu dan singkong.“Arahan Bapak Presiden seluruhnya perlu dipersiapkan agar kita punya substitusi dan diversifikasi dari produk tersebut,” ujar Airlangga.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال