Ilustrasi bendera Amerika Serikat dan China. Foto: Reuters/Damir Sagolj
arsipsumut.com
China secara sepihak memutuskan hubungan diplomatiknya dengan Amerika Serikat (AS) di bidang militer dan sipil. Keputusan China terkait AS ini diumumkan oleh Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China pada Jumat (5/8).
Dalam keterangannya, Kemlu China merilis daftar bidang-bidang kerja sama diplomatik yang mulai hari ini sudah tidak akan ada lagi komunikasi antara otoritas Beijing dan Washington.
“Ini termasuk pertemuan kerja antara departemen pertahanan, konsultasi keamanan maritim, kerja sama dalam migrasi ilegal, bantuan peradilan, kejahatan transnasional, pengendalian narkoba, dan perubahan iklim,” kata Kemlu China, seperti dikutip dari Russia Today.
Tindakan tersebut diambil sebagai respons China usai kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan pada awal pekan ini. Kedatangan Pelosi tak hanya menimbulkan amarah bagi Beijing, namun juga mengakibatkan konflik serius antar hubungan kedua negara.
“Panggilan telepon yang direncanakan antara komandan militer senior kedua negara juga telah dibatalkan,” sambung keterangan tersebut.
Menteri Luar Negeri Taiwan Joseph Wu menyambut Ketua Dewan Perwakilan Rakyat AS Nancy Pelosi di Bandara Songshan Taipei di Taipei, Taiwan, Selasa (2/8/2022). Foto: Taiwan Ministry of Foreign Affairs/Reuters
Pada hari yang sama, Kemlu China juga menjatuhkan sanksi kepada Pelosi dan keluarga dekatnya. Seperti sanksi-sanksi yang sudah pernah dijatuhkan sebelumnya terhadap pejabat Washington, Pelosi mulai hari ini tidak boleh memasuki wilayah China atau berbisnis dengan entitas milik China lainnya.
Tak hanya menjatuhkan sanksi, sebagai tindakan balasan, angkatan militer China juga menggelar latihan perang besar-besaran di sekitar wilayah Taiwan sejak Rabu (3/8).
Pihaknya melakukan upaya intimidasi dengan meluncurkan sejumlah rudal ke perairan serta menerbangkan jet tempur ke wilayah udara negara itu.
Jet tempur dan kapal perang China bahkan sempat melintasi garis median (tengah), yakni garis perbatasan tidak resmi yang memisahkan antara teritorial China dan Taiwan. Selain itu, Beijing juga memberlakukan pembatasan perdagangan dengan Taiwan.
Semua ketegangan ini berawal dari kunjungan Pelosi ke Taipei pada Selasa (2/8) pekan ini. Pelosi bersikeras untuk datang meski sebelumnya Beijing telah melayangkan peringatan keras serta ancaman terhadap spekulasi perjalanan itu.
Amarah Beijing tersulut lantaran lawatan Pelosi di Taipei dinilai sebagai intervensi urusan dalam negeri China, dan bukti dukungan Washington terhadap kemerdekaan Taiwan.
Pasukan Roket di bawah Komando Teater Timur Tentara Pembebasan Rakyat China (PLA) melakukan uji coba rudal konvensional ke perairan lepas pantai timur Taiwan, dari lokasi yang dirahasiakan dalam selebaran ini yang dirilis pada 4 Agustus 2022. Foto: Komando Teater Timur/Handout via REUTERS
Beijing menganggap Taiwan merupakan bagian dari negaranya sendiri yang akan diklaim kembali suatu saat nanti, bahkan dengan kekuatan, jika perlu.
Sementara AS pada 1970-an secara resmi mengakui kebijakan ‘satu China’, yakni prinsip yang menyatakan bahwa Taiwan merupakan bagian dari Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Selama ini, Washington menjalin hubungan tak resmi dengan Taipei bahkan setelah mengalihkan pengakuannya ke Beijing. AS menjual persenjataannya ke Taiwan dan menggelar latihan militer bersama.
Kerja sama itu semakin erat, hingga Washington semakin memperlakukan pemerintah Taipei sebagai negara berdaulat.
Beijing menilai, apa yang dilakukan Washington disertai kunjungan Pelosi ke Taipei adalah tindakan yang disengaja untuk merusak status quo dan mendorong separatisme di Taiwan. Namun AS berdalih lain.
Menurut Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, pihaknya sudah menyuarakan kepada Menteri Luar Negeri China Wang Yi soal rencana kunjungan Pelosi ke Taipei sejak sebulan sebelumnya.
Ketua DPR AS Nancy Pelosi menghadiri pertemuan dengan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen di kantor kepresidenan di Taipei, Taiwan, Rabu (3/8/2022). Foto: Kantor Kepresidenan Taiwan/Handout via Reuters
Blinken berbicara kepada Wang dalam pertemuan bilateral China dan AS di sela-sela pertemuan tingkat menteri luar negeri G20 Foreign Ministers Meeting (FMM) yang digelar di Bali pada 7-8 Juli lalu.
“Kami mengantisipasi bahwa Tiongkok mungkin mengambil langkah seperti ini — sebenarnya kami menggambarkan skenario yang tepat ini,” kata Blinken di sela-sela pertemuan tingkat menteri luar negeri ASEAN yang digelar di Phnom Penh, Kamboja.
“Faktanya adalah, kunjungan Ketua DPR itu damai. Tidak ada pembenaran untuk respons militer yang ekstrem, tidak proporsional, dan eskalatif ini,” tegas dia, mengacu pada latihan perang yang digelar Beijing di sekitar wilayah Taiwan.
Selain itu, Blinken menegaskan bahwa di tengah memanasnya situasi saat ini, posisi Washington di Taiwan tidak berubah dan pihaknya yakin tidak akan terprovokasi oleh tindakan Beijing.