Airlangga Bujuk Jepang Investasi ke RI di Sektor Kesehatan dan Pangan

Airlangga Bujuk Jepang Investasi ke RI di Sektor Kesehatan dan Pangan
Menko Perekonomian Airlangga dalam pembukaan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) di Bali, Senin, 11 Juli 2022. Foto: Istimewa

arsipsumut.com

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto membujuk Jepang untuk berinvestasi di sektor kesehatan dan pangan. Airlangga menyampaikan tawaran itu kepada Gubernur Japan Bank for International Cooperation (JBIC) Nobumitsu Hayashi dalam persamuhannya di Tokyo.

"Sektor kesehatan, (Indonesia) sudah mengembangkan layanan kesehatan di Kawasan Ekonomi Khusus, yaitu di KEK kesehatan di Sanur Bali. Di KEK boleh melakukan penelitian clinical-trial dan memungkinkan dokter asing untuk bisa praktik," kata Airlangga dalam keterangan resmi yang diterima di Jakarta, Selasa, 26 Juli 2022.

Airlangga menyampaikan JBIC berperan besar dalam pembangunan ekonomi Indonesia. JBIC berperan sebagai pendukung dari sisi pendanaan maupun penasihat dalam berbagai proyek infrastruktur.

JBIC juga acap membuat survei untuk perusahaan manufaktur Jepang yang melakukan bisnis di luar Jepang alias Survey on Overseas Business Operations by Japanese Manufacturing Companies. Hasil survei 2021 menunjukkan Indonesia masih di peringkat keenam atau di bawah Vietnam dan Thailand dalam daftar "negara menjanjikan untuk bisnis luar negeri". 

Indonesia, kata Airlangga, ingin lebih tinggi dari kedua negara tersebut. Adapun JBIC memiliki spesialisasi yang salah satunya untuk pembiayaan di sektor energi. Karena itu selain menawarkan investasi di sektor pangan dan kesehatan, Airlangga ingin JBIC turut terlibat dalam beberapa proyek infrastruktur utama. 

Misalnya, pembangkit listrik Tanjung Jati-B, Jawa 1, dan pembangkit panas bumi Sarulla dan Muara Laboh, serta proyek LNG Tangguh. Gubernur Hayashi menanggapi keinginan Airlangga. Ia mendukung masuknya investasi di bidang pangan dan pupuk seiring bertambahnya jumlah populasi penduduk.

"Namun, pangan dan pupuk ini memerlukan supply chain yang baik. JBIC akan sangat mendukung investasi baru di pangan dan pupuk," ujar Hayashi.

Adapun dalam persamuhan itu, kedua pihak turut membahas proyek Masela. Proyek ini diklaim kian strategis, terutama setelah adanya perang Ukraina dan Rusia. Akibat konflik ini, kebutuhan gas dari negara-negara G7 kian melonjak. Gas pun menjadi kebutuhan yang penting karena digunakan sebagai bahan baku amonia, pupuk, dan blending untuk biofuel. Nilai investasi proyek ini mencapai US$ 19,85 miliar. 

Selain membahas mengenai energi, pertemuan itu merembuk pengembangan sektor otomotif di Indonesia. Di Tanah Air, hampir 90 persen prinsipalnya berasal dari Jepang dan JBIC ikut membiayai pengembangan sektor otomotif.

"Kami mendukung investasi perusahaan Jepang di sektor manufaktur terutama di sektor otomotif, karena dengan dukungan kuat Pemerintah RI selama ini, otomotif Jepang menjadi sangat dicintai di Indonesia bahkan melebihi di Jepang sendiri. JBIC akan lebih mendorong peningkatan nilai dari investasi yang sudah ada," ujar Hayashi.
Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال